Senin, 29 Maret 2010

pUncAK hUjan mEtEOr oriOnid


sal hujan meteor ini dari letak rasi bintangnya. Karena rasi bintang dalam jalur garis edar bumi ini masih tersisa debu-debu komet Halley, yang tampak setiap 76 tahun sekali.

Sisa debu-debu ini terkadang tertarik jatuh dan terbakar di atmosfer, sehingga terlihat hujan meteor.

“Orionid dapat kita saksikan 21 Oktober pagi atau selepas tengah malam pukul 01.00 sampai menjelang subuh,” ujar Ketua Jogja Astro Club Mutoha ketika dihubungi detikcom, Selasa (13/10/2008).

Sebetulnya, lanjut Mutoha, hujan meteor Orionid sudah dimulai sejak awal bulan Oktober 2008 ini. Namun puncaknya pada 21 Oktober nanti, dengan jumlah meteor mencapai 20 meteor per jam.

“Orionid bisa disaksikan dengan mata telanjang di langit bagian timur,” imbuh dia.

Sayangnya, pada tanggal ini bulan purnama baru saja berlalu, sehingga sinar bulan masih cukup terang dan bisa mengalahkan cahaya meteor.

Selain hujan meteor Orionid di bulan Oktober, ada 2 hujan meteor mayor lagi yang barangkali bisa dicatat pada agenda Anda.

Menurut Mutoha pada 19 November, ada hujan meteor Leonid yang bisa dilihat di langit timur laut atau agak ke utara, yang bisa dilihat sekitar pukul 02.00 WIB pagi. Konsentrasi Leonid ini, imbuh Mutoha, bisa tinggi mencapai ribuan meteor per jam.

“Leonid ini sebelum-sebelumnya disebut the best meteor shower show. Namun akhir-akhir ini banyak menurun. Untuk tahun ini mungkin hujan meteor Geminid,” katanya.

Nah, yang terakhir jatuh pada pertengahan Desember, hujan meteor Geminid. Geminid bisa disaksikan sejak pukul 20.00 WIB di langit sebelah timur. Frekuensi meteornya bisa mencapai 100 meteor per jam.

Ketiga fenomena meteor tahunan itu bisa disaksikan dengan mata telanjang, asalkan tidak hujan.

“Cari tempat gelap. Moga-moga cuaca cerah di tempat gelap, sediakan baju hangat dan minuman hangat,” tandas Mutoha berbagi tips kecil untuk menikmati hujan meteor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar